Jumat, 18 April 2014

Nenek Georgette Lepaulle, Muallaf Tertua di Dunia

Nenek Georgette Lepaulle, Muallaf Tertua di Dunia

georgette-epaulle“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56)
Georgette Lepaulle seorang Nenek yang tinggal di Berchem, di sebuah kota di propinsi Antwerpen, Belgia. Tahun lalu, th 2012, Nenek telah membaca dua kalimat syahadat. Bahkan, saat itu Nenek tercatat sebagai muallaf tertua di dunia (saat itu usianya 91 tahun). Nenek memutuskan untuk menjadi seorang muslimah karena tertarik dengan keramah-tamahan muslim (yang berada disekelilingnya) dan beberapa kali dia merasa bahwa Allah mengabulkan do’anya. Allohu Akbar!
Ceritanya berawal saat 2 tahun yang lalu, saat keluarga Nenek akan memasukkannya ke panti jompo. Mohammed, seorang muslim yang telah bertetangga dengannya lebih dari 40 tahun, menghalang-halangi niatan itu. Dia mengajak Nenek untuk tinggal bersama keluarganya karena keluarga Mohammed telah mengenal Nenek sejak lama. Apalagi ibu Mohammed juga sudah meninggal, dia sudah menganggap Nenek seperti ibunya sendiri. Sejak tinggal bersama keluarga Mohammed, Nenek mulai tertarik dengan Islam. Nenek melihat mereka sholat berjama’ah, saling berkasih-sayang, dan saling berbagi. Nenek melihat makna “keluarga” yang begitu indah dalam keluarga Muhammed, sangat berbeda dengan kondisi keluarganya.
Pada musim panas tahun lalu (2012), Nenek ikut dengan Muhammed untuk mengunjungi keluarganya di Maroko. Pada waktu itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, bulan puasa bagi umat Islam. Puasa bukanlah hal yang asing bagi Nenek yang (dulunya) beragama Katolik. Dia dibaptis, pergi ke biarawati di sekolah, dua kali menikah di gereja dan kedua suaminya pun telah meninggal dan dikuburkan dengan cara gereja. Selama hidup dia bekerja sebagai seorang pembantu di sebuah keluarga Yahudi. Namun dia merasa bahwa agamanya tidak pernah “menyentuh”nya. Sebaliknya, dia merasa jauh dari Tuhan. Dia mulai merokok untuk pertama kalinya saat berusia 5 tahun hingga usianya 78 tahun. Pada usia 7 tahun, dia mulai minum alkohol hingga sebelum dia masuk Islam, dia minum setengah botol wine setiap hari. Itulah kebiasaan lamanya sejak pernikahan pertamanya dengan seorang pilot Italia yang telah meninggal saat perang.

Nenek merasa keikutsertaannya saat Ramadhan tahun lalu itu membangkitkan jiwa religiusnya. Dia sendiri merasa kaget. Dia merasa sangat terlambat merasakan “pengalaman” ini, merasakan hubungan dengan sesuatu yang “lebih tinggi”, dengan Allah. Dia merasakan keterbukaan-Nya, juga cinta-Nya. Dia pernah berdo’a meminta kesembuhan untuk temannya dan untuk keselamatan seorang anak muda yang “salah jalan”. Kedua do’anya itu telah dikabulkan-Nya. Baginya, itu sudah cukup menguatkan dirinya untuk masuk islam.

Saat masuk Islam, para muslimah “membersihkan” seluruh tubuh Nenek (mungkin maksudnya adalah mandi besar sebagai salah satu hal yang diwajibkan ketika seseorang itu masuk Islam, sebagaimana dalam sebuah hadits, Dari Qais bin Ashim Radhiyallahu Anhu bahwa ia masuk Islam, lalu diperintah oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam agar mandi dengan menggunakan air yang dicampur dengan daun bidara.” (Shahih: Irwa-ul Ghalil no: 128, Nasa’I I: 109, Tirmidzi, II:58 no: 602 dan ‘Aunul Marbud II: 19 no: 351). -red). Setelah itu, para muslimah pun menghujani Nenek dengan ciuman. Menurut Nenek, ia tidak pernah mendapat ciuman yang sebanyak itu sepanjang hidupnya. Dia merasa senang karena mereka menganggapnya sebagai saudaranya. Sejak masuk Islam, banyak hal yang harus Nenek tinggalkan, seperti minuman keras , rokok, daging babi dan juga sesuatu yang tidak mudah bagi seorang wanita yakni make-up. Sebelumnya, Nenek selalu memakai make-up yang tebal.

Begitu kembali di Belgia, mereka pergi ke masjid besar di Brussels untuk mengurus Sertifikat ke-Islam-an Noor, nama baru Nenek. Kemudian masjid di Brussels melaporkannya ke masjid di Mekah. Ternyata, tidak ada muallaf yang lebih tua dari usia Nenek saat itu, yaitu 91 tahun. Segera saja Raja Saudi Arabia mengirimkan utusannya ke Berchem untuk memberikan hadiah, sebuah jam tangan emas untuk Nenek. Tidak hanya itu, Raja Saudi Arabia juga mengirimkan “undangan”  baginya untuk menjalankan ibadah Haji tahun depan.

Nenek tampak bersungguh-sungguh dengan ke-Islam-annya (semoga Allah memberi Nenek keistiqNenekhan). Komitmennya untuk menjadi muslimah yang baik terus dia upayakan, termasuk digambarkan saat wawancara ini. Saat perkenalan, dia menyembunyikan tangannya dibalik bajunya. Dia menolak untuk berjabatan tangan. Dia menyebutkan bahwa dia tidak akan mengulurkan tangannya untuk orang asing karena begitulah aturan Islam (Subhanalloh…bagaimana dengan kita? yang sudah muslim sejak lahir. Sudahkah kita memiliki komitmen seperti Nenek? faghfirlana…). Dia hanya akan “menyentuh” suaminya. Sambil becanda, dia pun mengatakan bahwa pernyataan ini tidak berarti bahwa dia merencanakan sebuah pernikahan setelah ini (setelah ia menjadi muslimah). Bahkan ketika Nenek ditanya, berapakah biaya yang harus dia keluarkan untuk menjadi seorang muslimah. Dia menjawab bahwa hal ini (ke-Islam-annya -red) tidak ada kaitannya dengan uang. Dia mengambil keputusan ini dengan sukarela.


Subhanalloh walhamdulillah walaa ilaaha illallohu Allohu Akbar!
Betapa kisah ini adalah salah satu contoh bahwa hidayah Allah bisa sampai kepada siapa pun, tidak terbatas asalnya, warna kulitnya atau usianya. Dan kita pun harus yakin bahwa Allah akan memuliakan orang yang bisa menjadi jalan hidayah bagi orang lain.

“Seseorang mendapat hidayah Allah melalui engkau, maka hal itu lebih baik bagimu dari seekor unta merah ”

Itulah yang pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib RA ketika beliau menyerahkan bendera kepadanya pada saat perang Khaibar. Kemudian Ali berkata : “Atas dasar apa kita memerangi manusia, kita memeranginya sampai mereka seperti kita?”. Rasul bersabda : Sabar, sampai engkau memasuki wilayah mereka, lalu dakwahkan mereka kepada Islam, dan sampaikan kepada mereka kewajiban-kewajibannya, maka demi Allah seseorang mendapatkan hidayah melalui engkau, hal itu lebih baik bagimu dari pada seekor unta merah”.

Label:

15 Fakta Mengenai Senyum Dalam Segi Kesehatan !

1.     Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Janganlah kamu meremehkan kebaikan apa pun, walaupun sekadar bertemu saudaramu dengan wajah yang manis (wajah ceria dan senyuman).” – Hadis Riwayat Muslim.
2.     Senyum merupakan satu senaman berbentuk jogging dalaman yang dapat merangsang seluruh tubuh melaui sistem saraf otak dan juga hormon-hormon. Apabila kita tersenyum, badan turut ‘tersenyum’ dan memperlahankan aliran darah yang melalui sinus ke otak. Ini sangat bermanfaat dalam mengelakkan tekanan darah yang tinggi ke otak.
3.     Apabila kita tersenyum, kita hanya menggunakan 17 otot muka berbanding 43 ketika mengerutkan dahi.
4.     Senyuman bukan hanya sekadar reaksi terhadap sesuatu, malah ia juga terlibat dalam penghasilan endorphin yang mengurangkan kesakitan fizikal dan emosi menjadikan seseorang itu merasa lebih selesa dengan diri sendiri.
5.     Ketawa (berperasaan gembira) sebanyak 100 kali dalam tempoh 24 jam mempunyai manfaat kardiovaskular sama seperti bersenam selama 10 minit. Hal ini demikian kerana apabila kita ketawa, tekanan darah dan kadar degupan jantung meningkat. Seterusnya, kedua-dua kadar ini akan turun lebih rendah daripada paras sebelum ketawa.
6.     “Tawa Rasulullah SAW hanyalah senyuman.” – Riwayat Tirmidzi.
7.     Kajian yang dibuat oleh sekumpulan saintis dari Universiti Pusat Perubatan California menjelaskan terdapat dua jenis ‘stress’ iaitu stress yang baik dan stress yang tidak baik. Senyum dikategorikan sebagai stress yang baik. Stress yang tidak baik akan memberi tekanan kepada sistem ketahanan badan.
8.     Apabila kita senyum, sel pembunuh tumor dan virus semulajadi dalam badan akan bertambah selaras dengan pertambahan Gamma-interferon (protein melawanpenyakit), sel T (yang penting untuk sistem pertahanan badan) dan sel B (yang menghasilkan antibodi untuk melawan penyakit).
9.     Senyuman juga mampu merendahkan tekanan darah, menambah kemasukan oksigen dalam darah dan ini secara tidak langsung merangsang proses penyembuhan.
10.   Senyuman yang diakhiri dengan ketawa mengaktifkan bahan kimia badan dan secara tidak langsung merendahkan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, strok, arthritis dan ulser.
11.   Senyuman dan ketawa adalah senaman yang baik kerana ia membabitkan diafragma, abdomen, sistem pernafasan, muka, kaki dan otot belakang badan. Ia ibarat urutan terhadap organ-organ dalam abdomen dan menguatkan otot abdomen, merangsang kedua-dua belah otak dan meningkatkan daya tumpuan belajar. Ia juga melegakan ketegangan otot dan tekanan psikologi, membuatkan otak lebih peka serta bersedia menerima maklumat baru.
12.   Ketawa juga dikatakan mampu memperbaiki fungsi usus, sekali gus meningkatkan pencernaan dan penyerapan nutrient dalam badan.
13.   Senyum mampu menjadi penawar kepada penyakit rohani yang kronik. Ia juga mampu menyejukkan hati yang sedang marah dan memulakan sebuah ukhuwwah.
14.   Dalam ajaran Islam, senyum mempunyai kedudukan yang setaraf dengan bersedekah. Sabda Rasulullah SAW: “Senyum kalian bagi saudaranya adalah sedekah, beramar makruf dan nahi mungkar yang kalian lakukan untuk saudaranya juga sedekah, dan kalian menunjukkan jalan bagi seseorang yang tersesat juga sedekah.” (HR Tirmizi dan Abu Dzar).
15.   Senyum seindah suria yang membawa cahaya.
Senyumlah dari hati.
Duniamu berseri.
Senyum umpama titian dalam kehidupan.
Kau tersenyum, ku tersenyum.
Kemesraan menguntum.
Senyum kepada semua.
Senyumanmu amatlah berharga.
Senyum membahagiakan.
DENGAN SENYUMAN, TERJALINLAH IKATAN.

Label:

Muslimah, Bagaimana kita Menanggapi Perayaan Tahun Baru dan Natal ?

Setiap bulan Desember umat nasrani merayakan hari raya agama mereka, yaitu Hari Natal yang jatuh pada tanggal 25 Desember. Mendekati bulan ini, beberapa sudut pertokoan mulai ramai dengan hiasan natal. Supermarket-supermarket yang mulanya sepi-sepi saja, kini dihiasi dengan pernak-pernik natal. Media massa pun tidak ketinggalan ikut memeriahkan hari raya ini dengan menayangkan acara-acara spesial natal.

Disudut kampus, seorang mahasiswi berkerudung menjabat tangan salah seorang teman wanitanya yang beragama nasrani sambil berkata, “Selamat Natal ya…” Aih-aih, tidak tahukah sang muslimah ini bagaimana hukum ucapan tersebut dalam syariat Islam?
Saudariku, banyak sekali umat Islam yang tidak mengetahui bahwa perbuatan ini tidak boleh dilakukan, dengan tanpa beban dan tanpa merasa berdosa ucapan selamat natal itu terlontar dari mulut-mulut mereka. Mereka salah kaprah tentang toleransi beragama sehingga dengan gampang dan mudahnya mereka mengucapkan selamat natal pada teman dan kerabat mereka yang beragama nasrani. Lalu bagaimana sebenarnya pandangan islam dalam perkara ini? Berikut ini adalah bahasan seputar natal yang disusun dari beberapa fatwa ulama.
 
Natal Menurut Islam
Peringatan Natal, memiliki makna ‘Memperingati dan mengahayati kelahiran Yesus Kristus’ (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdiknas terbitan Balai Pustaka). Menurut orang-orang nasrani, Yesus (dalam Islam disebut dengan ‘Isa) dianggap sebagai anak Tuhan yang lahir dari rahim Bunda Maria. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan syariat Islam yang mengimani bahwa Nabi ‘Isa ‘alaihis sallam bukanlah anak Tuhan yang dilahirkan ke dunia melainkan salah satu nabi dari nabi-nabi yang Allah utus untuk hamba-hamba-Nya.
Allah Taala berfirman dalam QS Maryam: 30 yang artinya, “Isa berkata, ‘Sesungguhnya aku ini adalah hamba Allah (manusia biasa). Dia memberikan kepadaku Al Kitab (Injil) dan menjadikanku sebagai seorang Nabi.’”
 
Wahai Saudariku, maka barangsiapa dari kita yang mengaku bahwa dirinya adalah seorang muslim, maka ia harus meyakini bahwa ‘Isa adalah seorang Nabi yang Allah utus menyampaikan risalah-Nya dan bukanlah anak Tuhan dengan dasar dalil di atas.
 
Tentang Ucapan Selamat Natal
Atas nama toleransi dalam beragama, banyak umat Islam yang mengucapkan selamat natal kepada umat nasrani baik kepada kerabat maupun teman. Menurut mereka, ini adalah salah satu cara untuk menghormati mereka. Ini alasan yang tidak benar, sikap toleransi dan menghormati tidak mesti diwujudkan dengan mengucapkan selamat kepada mereka karena di dalam ucapan tersebut terkandung makna kita setuju dan ridha dengan ibadah yang mereka lakukan. Jelas, ini bertentangan dengan aqidah Islam.
Ketahuilah saudariku, hari raya merupakan hari paling berkesan dan juga merupakan simbol terbesar dari suatu agama sehingga seorang muslim tidak boleh mengucapkan selamat kepada umat nasrani atas hari raya mereka karena hal ini sama saja dengan meridhai agama mereka dan juga berarti tolong-menolong dalam perbuatan dosa, padahal Allah telah melarang kita dari hal itu:
Dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (QS Al Maidah: 2)
Ketahuilah wahai saudariku muslimah, ketika seseorang mengucapkan selamat natal kepada kaum nasrani, maka di dalam ucapannya tersebut terdapat kasih sayang kepada mereka, menuntut adanya kecintaan, serta menampakkan keridhaan kepada agama mereka. Seseorang yang mengucapkan selamat natal kepada mereka, sama saja dia setuju bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan merupakan salah satu Tuhan diantara tiga Tuhan. Dengan mengucapkan selamat pada hari raya mereka, berarti dia rela terhadap simbol-simbol kekufuran. Meskipun pada kenyataannya dia tidak ridha dengan kekafiran, namun tetap saja tidak diperbolehkan meridhai syiar agama mereka, atau mengajak orang lain untuk memberi ucapan selamat kepada mereka. Jika mereka mengucapkan selamat hari raya mereka kepada kita, hendaknya kita tidak menjawabnya karena itu bukan hari raya kita, bahkan hari raya itu tidaklah diridhai Allah.
Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan, adapun ucapan selamat terhadap simbol-simbol kekufuran secara khusus disepakati hukumnya haram misalnya mengucapkan selamat atas hari raya atau puasa mereka dengan mengatakan, ‘Hari yang diberkahi bagimu’ atau ‘Selamat merayakan hari raya ini’, dan sebagainya. Yang demikian ini, meskipun si pengucapnya terlepas dari kekufuran, tetapi perbuatan ini termasuk yang diharamkan, yaitu setara dengan ucapan selamat atas sujudnya terhadap salib, bahkan dosanya lebih besar di sisi Allah dan kemurkaan Allah lebih besar daripada ucapan selamat terhadap peminum khamr, pembunuh, pezina, dan lainnya dan banyak orang yang tidak mantap pondasi dan ilmu agamanya akan mudah terjerumus dalam hal ini serta tidak mengetahui keburukan perbuatannya. Barangsiapa mengucapkan selamat kepada seorang hamba karena kemaksiatan, bid’ah, atau kekufuran, berarti dia telah mengundang kemurkaan dan kemarahan Allah.
Dengan demikian, tidaklah diperkenankan seorang muslim mengucapkan selamat natal meskipun hanya basa-basi ataupun hanya sebagai pengisi pembicaraan saja.
 
Menghadiri Pesta Perayaan Natal
Hukum menghadiri pesta perayaan natal tidak jauh bedanya dengan hukum mengucapkan selamat natal. Bahkan dapat dikatakan bahwa hukum menghadiri perayaan natal lebih buruk lagi ketimbang sekedar memberi ucapan selamat natal kepada orang kafir karena dengan datang ke perayaan tersebut, maka berarti ia ikut berpartisipasi dalam ritual agama mereka. Dan dengan menghadiri pesta perayaan tersebut berarti telah memberikan kesaksian palsu (Syahadatuzzur) terhadap ibadah yang mereka lakukan dan ini dilarang dalam agama Islam (lihat Tafsir Taisir Karimirrahman, Surat Al Furqon ayat 72).
Allah berfirman yang artinya:
Katakanlah: “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamu, dan untukkulah agamaku.”
Maka Saudariku, seorang muslim diharamkan untuk hadir pada perayaan keagamaan di luar agama islam baik ia diundang ataupun tidak.
 
Hukum Merayakan Tahun Baru
Beberapa hari setelah natal berlalu, masyarakat mulai disibukkan dengan persiapan menyambut tahun baru masehi pada tanggal satu Januari. Bagaimana Islam memandang hal ini?
Saudariku, Allah telah menganugerahkan dua hari raya kepada kita, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha dimana kedua hari raya ini disandingkan dengan pelaksanaan dua rukun yang agung dari rukun Islam, yaitu ibadah haji dan puasa Ramadhan. Di dalamnya, Allah memberi ampunan kepada orang-orang yang melaksanakan ibadah haji dan orang-orang yang berpuasa, serta menebarkan rahmat kepada seluruh makhluk.
Ukhti, hanya dua hari raya inilah yang disyariatkan oleh agama Islam. Diriwayatkan dari Anas radhiallahu ‘anhu bahwa ia berkata, “Ketika Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya yang mereka bermain-main di hari raya itu pada masa jahiliyyah, lalu beliau bersabda: ‘Aku datang kepada kalian sedangkan kalian memiliki dua hari raya yang kalian bermain di hari itu pada masa jahiliyyah. Dan sungguh Allah telah menggantikannya untuk kalian dengan dua hari yang lebih baik dari keduanya, yaitu hari raya Idul Adha dan idul Fitri.’” (Shahih, dikeluarkan oleh Ahmad, Abu Daud, An-Nasa’I, dan Al-Baghawi)
Maka tidak boleh umat Islam memiliki hari raya selain dua hari raya di atas, misalnya Tahun Baru. Tahun Baru adalah hari raya yang tidak ada tuntunannya dalam Islam. Disamping itu, perayaan Tahun Baru sangat kental dengan kemaksiatan dan mempunyai hubungan yang erat dengan perayaan natal. Lihatlah ketika para remaja berduyun-duyun pergi ke pantai saat malam tahun baru untuk begadang demi melihat matahari terbit pada awal tahun, kebanyakan dari mereka adalah berpasang-pasangan sehingga tentu saja malam tahun baru ini tidak lepas dari sarana-sarana menuju perzinaan. Jika tidak terdapat sarana menuju zina, maka hal ini dapat dihukumi sebagai perbuatan yang sia-sia. Ingatlah saudariku, ada dua kenikmatan dari Allah yang banyak dilalaikan oleh manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang (HR Bukhari). Maka janganlah kita isi waktu luang kita dengan hal sia-sia yang hanya membawa kita ke jurang kenistaan dan menjadikan kita sebagai insan yang merugi.
Saudariku, Allah telah menyempurnakan agama ini dan tidak ada satupun amal ibadahpun yang belum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan kepada umatnya. Maka tidak ada lagi syari’at dalam Islam selain yang telah Allah wahyukan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak ada lagi syari’at dalam Islam selain yang telah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan pada kita. Saudariku, ikutilah apa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tuntunkan kepada kita, janganlah engkau meniru-niru orang kafir dalam ciri khas mereka. Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia merupakan bagian dari kaum tersebut (Hadits dari Ibnu ‘Umar dengan sanad yang bagus). Setiap diri kita adalah pemimpin bagi dirinya sendiri dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia pimpin. Semoga Allah senantiasa menyelamatkan agama kita. Wallaahu a’lam.
 
Maraji’:
  1. Fatwa: Natal Bersama. Majalah Al-Furqon Edisi 4 Tahun III.
  2. Fatwa: Natal Bersama. Majalah Al-Furqon Edisi 4 Tahun IV.
  3. Fatwa-Fatwa Terkini 2. Cetakan ketiga. Tahun 2006. Darul Haq.
  4. Bulletin At-Tauhid Edisi 96 Tahun II.

Label:

Mistery Makhluk lain sebelum manusia

Ibnu Abbas ra mengatakan, “Setelah Allah menyempurnakan penciptaan langit dan bumi dengan segala sifatnya, gunung-gunung telah ditancapkan, angin telah dilepaskan, di bumi telah ada binatang-binatang liar dan bermacam-macam burung, maka buah-buahan mengering dan berjatuhan ke bumi dan di bumi tumbuh rerumputan yang satu sama lain saling tumpang tindih. Pada saat itu, bumi mengadukan persoalan tersebut kepada Tuhannya. Atas pengaduan itu, Allah menciptakan umat yang beraneka ragam dan berlainan jenis, yang diberi nama Jin.

Mereka memiliki jiwa dan aktivitas. Lalu mereka bertebaran seperti debu halus karena jumlah mereka yang sangat banyak. Tanah datar, pegunungan, dan berbagai pelosok dunia telah dipenuhi oleh mereka. Mereka menempati permukaan bumi dalam jangka waktu yang dikehendaki oleh Allah. Di antara mereka ada yang putih, hitam, merah, kuning, bercak-bercak, totol-totol, tuli, buta, menawan, jelek, kuat, lemah, perempuan, dan laki-laki. Satu sama lain kawin dan melahirkan keturunan. Mereka disebut Jin karena mereka samar, tidak kelihatan.

Setelah mereka menyesaki bumi dan dunia kian menyempit karena mereka terus bertambah, bertambah pula bencana karena mereka, maka Allah mengirimkan angin topan kepada mereka. Angin tersebut membinasakan mereka. Hanya sedikit dari mereka yang tersisa. Mereka adalah yang pertama kali membuat rumah, membelah batu, memburu burung, dan binatang liar.

Semua itu terus-menerus mereka lakukan dalam waktu yang lama. Kemudian satu sama lain di antara mereka saling berlaku aniaya: akibatnya, mereka saling berperang. Akan tetapi, perangnya bukan menggunakan senjata. Sebagian di antara mereka melenyapkan sebagian yang lain dengan memblokade rumah-rumah sehingga mereka yang terkepung binasa karena lapar dan haus.

Setelah tindakan perusakan yang dilakukan mereka kian memuncak, maka Allah mengirimkan umat yang berasal dari laut kepada mereka yang jasad-jasadnya lebih besar daripada mereka dan bentuknya lebih menakjubkan, yang disebut dengan Bin. Umat tersebut menyerbu mereka sehingga kaum Jin binasa, tidak satu pun yang tersisa.

Jin tinggal di bumi kurang lebih 500 tahun. Setelah itu, bumi dikuasai oleh Bin. Mereka menikah satu sama lain, melahirkan keturunan dan berkembang biak semakin banyak sehingga bumi kian penuh. Sebagian di antara mereka suka membenam ke bumi lapis ketujuh (menyusul : Penduduk Bumi Lapis Tujuh) dan menetap di sana untuk beberapa hari. Bagi mereka tidak ada tempat yang terhalang. Mereka adalah yang pertama kali menggali sumur, membuat sungai, dan mengalirkan air dari sumber-sumbernya dan dari laut. Mereka adalah yang pertama kali membuat mesin/roda, membangun jembatan di atas air, menangkapi ikan di lautan, dan memburu binatang-binatang liar di wilayah yang tidak berpenduduk.

Oleh karena itu, semua binatang, baik di daratan maupun di lautan, mengadukan urusan tersebut kepada Allah dan kerusakan yang disebabkan oleh mereka kian bertambah. Maka, Allah menciptakan Jan.”

Ibnu Abbas ra mengatakan, “Allah menciptakan Jan dari nyala api…
” Beliau juga mengatakan bahwa Jan adalah golongan Jin laki-laki. Mereka memiliki jenis yang beraneka ragam. Di antara mereka ada yang disebut dengan Nahabir; ada juga yang disebut Nahamir. Umat ini layaknya seperti manusia, suka makan, minum, dan berketurunan. Di antara mereka ada yang Mu’min dan ada juga yang kafir. Dan nenek moyang mereka adalah Iblis yang dikutuk oleh Allah.

Diriwayatkan bahwa Allah menjadikan malaikat sebagai penghuni langit dan menjadikan Jan sebagai penghuni bumi. Setelah binatang liar dan burung mengadukan perbuatan Jin dan Bin, Allah menciptakan Jan, sebagaimana telah diceritakan. Setelah Allah menciptakan Jan, maka Dia menempatkan mereka di bumi. Setelah tinggal di bumi, mereka berperang dengan Bin. Jan terlalu kuat bagi Bin hingga mereka mampu menghancurkan Bin sampai tidak ada satu pun yang tersisa. Tinggallah Jan di bumi. Mereka menikah satu sama lain dan melahirkan keturunan sampai bumi ini penuh.

Selanjutnya, di antara mereka timbul kedengkian dan aniaya. Di antara mereka banyak terjadi pertumpahan darah. Sebagian dari mereka mengganggu sebagian lainnya. Atas kejadian ini, bumi mengadu kepada Tuhannya. Maka, ketika itu, kepada mereka Allah mengutus bala tentara malaikat. Dalam rombongan tersebut ada Iblis yang dahulunya bernama ‘Azazil. Dahulunya dia merupakan ketua malaikat. Dia bersama rombongannya mengusir Jan dari bumi. Akibatnya mereka mengungsi ke gunung-gunung dan tinggal di sana dan Iblis merampas bumi dari mereka.

Pada awalnya, si Iblis ini menyembah kepada Allah, baik di bumi maupun di langit. Akan tetapi, kemudian dia ujub dengan dirinya dan dia terasuki ketakaburan (merasa besar). Dalam keadaan demikian, Allah melihat apa yang ada di dalam hatinya, maka Zat Yang Mahaagung berfirman:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 
 
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 30).

Kalimat "man yufsidu fiiha" pada penggalan kalimat diatas lebih tepat jika bukan diartikan sebagai "orang" tetapi akan lebih tepat jika dimaknai sebagai "makhluk".

Sehingga dari penggalan kisah yang diceritakan Ibnu Abbas r.a tadi, terungkap sudah Pernyataan para malaikat, 
“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu (makhluk) yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah…”, maksudnya seperti makhluk-makhluk yang diceritakan terdahulu, yaitu Jin dan Bin. Sebab, mereka telah melakukan kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah.

Lalu siapakah sosok "manusia purba" yang fosil fosilnya ditemukan dan diketahui berumur ratusan juta tahun lalu? (Sumber: Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas, “Kisah Penciptaan dan Tokoh-tokoh Sepanjang Zaman” (diterjemahkan oleh Abdul Halim), Bandung: Pustaka Hidayah, Cet. I, Oktober 2002, hal. 13-72)

Label: